Selasa, 02 Agustus 2016

Bagaimana Menjadi Guru Idola? Inilah Caranya



Tatkala ingatan selalu tertuju kepadanya, dan mulut obral memberi pujian untuknya, serta kesal manakala mendengar cemohan kepadanya, maka dialah yang disebut idola. Tentu tidak gampang menjadi idola seseorang apalagi banyak orang. Pastinya menjadi idola lebih sulit dibanding menjadi orang yang ditakuti. Idola dan pengidola keduanya berhulu pada satu titik, yakni hati.

Biasanya seorang yang punya tanggungjawab terhadap orang lain selalu berusaha “memikat hati” orang-orang yang berada “dibawahnya”. Hanya saja, biasanya berakhir pada titik yang kurang baik. Bukannya menjadi idola, tetapi justru menjadi “momok”. Sudah sepantasnya seorang pemimpin menjadi idola orang-orang yang dipimpinnya. Bawahan mengidolakan atasan, ketua menjadi idola anggotanya, komandan diidolakan oleh prajuritnya, guru menjadi idola siswanya dan lain sebagainya.

Sudah sepantasnya setiap guru menjadi idola dari siswanya. Sejatinya, guru harus berusaha keras menjadi idola bagi siswanya. Oleh karena itu, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan seorang guru untuk menjadi idola, antara lain:

Guru identik dengan orang pintar. Salah satu tujuan profesi guru adalah menelorkan siswa-siswa pintar. Oleh karena itu, guru terlebih dahulu harus pintar, bahkan lebih pintar dari masyarakat pada umumnya. Keyakinan siswa terhadap kepintaran gurunya akan membuat mereka suka, segan, dan hormat kepada gurunya tersebut. Untuk itu, seorang guru yang berusaha mengembangkan potensinya sehingga menjadi semakin pintar, maka semakin besar pula peluangnya dijadikan idola oleh siswanya. Sejatinya, guru juga identik dengan membaca. Meskipun akhir-akhir ini aktivitas membaca bagi guru sudah hampir terlupakan. Membaca adalah aktivitas wajib bagi guru dalam mengejawantahkan usahanya menjadi semakin pintar. Menjadi guru bukanlah pencapaian puncak seorang yang bersekolah untuk berprofesi sebagai guru. Menjadi guru adalah awal dari tanggungjawab mencerdaskan anak bangsa. Oleh karena itu, teruslah berusaha dan belajar agar tanggungjawab itu tidak mengalami kedaluwarsa. Betapa hebatnya seorang guru di mata siswa jika pertanyaan-pertanyaan siswa tersebut mendapat jawaban dari gurunya.

Ketekunan seorang guru dalam usaha menjadi semakin pintar, adalah termasuk bentuk teladan. Namun, dalam bagian ini teladan ditekankan pada prilaku dan sikap baik guru yang dapat ditaladani siswanya. Memang benar, guru juga manusia biasa, tetapi hal tersebut bukanlah menjadi alas an pembenar jika ada guru yang melakukan perbuatan yang tidak normatif.

Beberapa kasus yang diliput media tentang prilaku guru yang melanggar etika, tentu tidak sebanding dengan jumlah guru yang sangat besar. Sejatinya, jika pelanggaran itu dilakukan oleh orang awam (bukan guru) tentu terbilang hal biasa, namun lain ceritanya jika perbuatan itu dilakukan oleh seorang guru. Masyarakat masih member derajat yang tinggi kepada guru sehingga mereka akan sangat kecewa jika ada guru yang berbuat haal yang tida etis.

Guru yang berprilaku layaknya seorang yang patut digugu dan ditiru, akan menjadi teladan bagi siswanya. Meneladan seorang guru yang hampir tanpa cacat akan menjadikannya idola bagi siswa. Guru yang melakukan terlebih dahulu sebelum memerintahkan kepada siswanya. Bahkan, jika dengan hati prilaku teladan itu terbentuk, maka tanpa perintah sekalipun para siswa akan ikut seperti yang dilakukan gurunya.

Guru harus rindu pada suasana dimana dia menjadi idola siswanya. Guruku adalah idolaku, adalah ungkapan yang semestinya terucap oleh siswa. Bukan terucap oleh mulut yang utama, tetapi dari kalbu. Meski mulut mengatakan ‘tidak’, tetapi hati tak dapat menolaknya. Jika, guru telah mendapatkan pengakuan itu dari siswanya, maka hampir tak ada lagi hal yang sulit yang ditemui guru dalam proses interaksi antara dia dengan siswanya. Semoga para guru menjadi atau berusaha menjadi idola siswanya.


MENGAJAR DENGAN HATI


Fungsi dan tugas utama seorang guru sesungguhnya tidak sekedar mengajar anak didiknya. Tetapi lebih kepada mendidik, membina dan mengarahkan peserta didik guna terjadinya perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Mengajar bisa dikonotasikan dengan transfer ilmu dari guru kepada murid. Persoalan apakah murid mengerti atau tidak itu bukan urusan guru. Lebih daripada itu mendidik, membina dan mengarahkan peserta didik adalah makna dari mengajar yang sebenarnya terkandung dalam tugas seorang guru.

Dalam konteks sekolah dasar maka penanaman nilai-nilai kharakter, akhlaq, perilaku dalam diri seorang anak jauh lebih penting daripada pengetahuan-pengetahuan yang harus dimasukkan kedalam memori peserta didik. Sekolah dasar sebagaimana fungsinya adalah peletakan pondasi dan konsep pendidikan yang sesungguhnya, yaitu penanaman nilai dan perubahan perilaku.

Oleh sebab itu karena begitu pentingnya penanaman nilai,pembentukan kharakter peserta didik di sekolah dasar, maka tugas dan fungsi guru di sekolah dasar juga tentu agak sedikit lebih berat dari sekolah diatasnya seperti sekolah menengah pertama. Mengapa demikian? Karena tugas dan fungsi guru seperti dijelaskan diatas lebih kepada bagaimana menanamkan nilai-nilai kharakter, pembentukan pondasi akhlaq dan perilaku sebagai bagian penting bagi peserta didik nantinya untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Makanya, dalam hal ini, guru tidak saja cukup hanya dengan transfer ilmu. Namun jauh dari itu bagaimana menjadi teladan bagi peserta didiknya. Melakukan pengajaran dengan hati, bukan hanya dengan logika dan pikiran. Mengajar dengan hati lebih kepada bagaimana guru betul menghayati dan menjiwai nilai-nilai pendidikan itu sendiri dalam dirinya dan kemudian itu menjadi contoh nyata bagi peserta didik dalam kehidupannya. Keikhlasan seorang guru dalam mengajar juga menjadi hal yang sangat penting dalam proses pendidikan sekolah dasar.

Tentu saja ini tugas berat dan tantang bagi guru sekolah dasar, bahwa keteladanan, contoh nyata dalam diri seorang guru itu sendiri jauh lebih penting dan efektif dalam pengajaran dibandingkan seorang guru yang hanya berkoar-koar dalam menjelaskan nilai dan perilaku kepada anak. Apa yang disampaikan dari hati tentu saja akan diterima juga oleh hati, sebaliknya apa yang hanya sekedar diucapkan lisan hanya cukup untuk konsumsi telinga dan kemudian dilupakan.

Mengajar dengan hati sesungguhnya merupakan wujud dari keikhlasan dan keyakinan dalam diri sang guru bahwa apa yang mereka inginkan ada pada diri anak didiknya, terlebih dahulu sudah mereka lakukan dalam diri sang guru
tersebut. Inilah yang disebut dengan integritas. Ucapan dan tindakannya sama. Apa yang disampaikan itulah yang dilakukan dan apa yang dilakukan itu juga yang disampaikan.

Dalam hal ini, pembinaan kharakter dan akhlaq serta kepribadian guru sesungguhnya jauh lebih utama senantiasa harus ditingkatkan. Tidak cukup berbekal ilmu yang sudah didapatkan dibangku kuliah, tetapi harus terus menerus belajar dan mempelajari serta berusaha menjadi yang terbaik. Melaksanakan terlebih dahulu sesuatu yang akan disampaikan kepada anak akan jauh lebih efektif. Pesan agama juga mengajarkan bahwa Allah swt sangat benci dengan orang yang mengatakan sesuatu yang tidak dia kerjakan.

Bagaimana menciptakan guru yang mampu mengajar dengan hati? Jawaban pertanyaan ini tentu tidak gampang. Pertama faktor keikhlasan. Ikhlas dalam konteks ini berarti bahwa tugas dan tanggung jawab yang diembannya sebagai seorang guru dianggap sebagai ibadah kepada Allah dan benar-benar murni dari dorongan hati nurani untuk sebuah pengabdian mewujudkan generasi bangsa yang lebih baik. Guru benar-benar meresapi dan menghayati profesinya sebagai seorang pendidik dengan sepenuh hati dan jiwanya. Hal ini akan memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk bersungguh-sungguh berupaya memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Pekerjaan ini tidak dilaksanakan asal melepas tanggung jawab saja, tetapi sudah menjadi bagian dari hidup dan kehidupannya.

Kedua, melaksanakan profesinya secara professional. Ini berarti bahwa guru harus melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik dan benar. Pekerjaan dilaksanakan secara totalitas, terencana, terukur dan terevaluasi. Tidak setengah-setengah. Pekerjaan yang dilakukan dengan totalitas hasilnya tentu saja juga akan maksimal. Perencanaan meliputi persiapan mengajar seperti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, mengenal peserta didik dengan baik, persiapan mental guru dalam menghadapi anak dan mempelajari ilmu-ilmu yang menunjang terlaksananya tugas-tugas sebagai seorang guru. Pengenalan guru terhadap anak akan berimplikasi kepada kedekatan hubungan seorang guru dengan peserta didiknya. Jika kedekatan hubungan emosional sudah terbangun, maka proses transformasi nilai-nilai tentu akan lebih mudah. Tentu saja kedekatan hubungan emosional ini harus terukur dan sewajarnya sebatas hubungan guru dan murid sebagaimana kedekatan emosional orang tua dan anaknya.

Terakhir, Integritas seorang guru. Integrity is doing the right thing, even when no one is watching. Integritas lahir dari komitmen yang tinggi, kejujuran dan disiplin. Guru yang berintegritas memiliki pribadi yang jujur dan memiliki kharakter kuat, tidak mudah goyah dan terombang-ambing. Guru yang berintegritas tentu saja guru yang melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara professional sesuai dengan aturan yang berlaku. Teguh memegang prinsip yang dimilikinya.

Mudah-mudahan kita bisa menjadi guru yang mampu memberikan pengajaran dari hati kepada anak-anak didik kita. Aamiin.

Senin, 21 Desember 2015



KEGIATAN PERSAMI SDIT AMANAH 19 - 20 DESEMBER 2015

Rabu, 18 November 2015

Kunjungan ke YPAC Surakarta 2014-2015



Wisata Ruhani merupakan kegiatan rutin yang sering diadakan di sekolah dasar islam terpadu amanah. Setiap tahun pelajaran anak-anak siswa-siswi sekolah dasar islam terpadu amanah selalu mengadakan kegiatan ini. Dimana kegiatan ini wajib di ikuti anak-anak yang telah duduk di kelas 5.
Tujuan di adakan kegiatan ini adalah untuk memberi motivasi kepada anak-anak kelas 5 yang sebentar lagi mau naik ke kelas 6 agar bersemangat belajar untuk meraih cita-citanya.

Dengan demikian anak-anak mempunyai kepercayaan yang tinggi. Karena dengan membedakan anak-anak yang keterbelakangan mental. Maka semangat untuk meraih cita-citanya semakin tinggi.
Untuk tahun ini di rencanakan mau berkunjung ke YPAC di Kecamatan Cawas.

Rabu, 11 November 2015

Jadwal Kegiatan

Jum'at Sehat

 

Besok pagi pada tanggal 13 November 2015 Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Amanah akan mengadakan kegiatan Jum'at Sehat yang akan di pandu oleh Bapak/Ibu guru sebagai penanggungjawab kegiatan adalah Bapak Lantipto, S.Pd.I (Waka Kes) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Rencana kegiatan besok pagi senam dan jalan sehat.

Untuk senam akan di ikuti semua siswa-siswi dari kelas 1 sampai kelas 6 yang jumlahnya sekitar 160 siswa. Serta bapak/ibu guru juga akan mengikuti senam sehat. Setelah kegiatan senam selesai istirahat 10 menit untuk persiapan kegiatan jalan sehat. Rencana rute jalan sehatnya akan memutari desa ketitang dan sekitarnya. Star dan Finish dari SDIT Amanah.





Pembagian Kelompok Saat Kegiatan MOS

Senin, 09 November 2015







Kegiatan Menjelang Tahun Pelajaran 2015-2016 (MOS) SDIT Amanah Juwiring Klaten